Senin, 17 Januari 2011

Asuhan Keperawatan Fraktur

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR 

I. PENGERTIAN

Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

II. JENIS FRAKTUR
a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c. Fraktur tertutup:  fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang  oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.

III. ETIOLOGI
a. Trauma
b. Gerakan pintir  mendadak
c. Kontraksi otot ekstem
d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

IV. PATYWAYS

Trauma langsung trauma tidak langsung kondisi patologis


     FRAKTUR
Diskontinuitas tulang        pergeseran frakmen tulang             

Perub jaringan sekitar kerusakan frakmen tulang

Pergeseran frag  Tlg laserasi kulit: spasme otot                tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler
                                       putus vena/arteri       peningk tek kapiler reaksi stres klien
deformitas
perdarahan pelepasan histamin         melepaskan katekolamin
gg. fungsi
                                                      protein plasma hilang               memobilisai asam lemak
                          kehilangan volume cairan
edema                  bergab dg trombosit
                                                                                                                     emboli
        penekn pem. drh
                                                                                          menyumbat pemb drh
      penurunan perfusi jar
 


V. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat  diatas dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
VII. PENATALAKSANAAN

a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin  untuk kembali seperti letak semula.
b. Imobilisasi fraktur
Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah

VIII. KOMPLIKASI
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

IX. PENGKAJIAN 
1. Pengkajian primer
- Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
- Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi



- Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2. Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Cailary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan
d. Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera
spasme/ kram otot
e. Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan lokal




X. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan posisi fungsinal
Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
            a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit
c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
d. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas
g. Ubah psisi secara periodik
h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
Klien menyatajkan nyei berkurang
Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
Tekanan darahnormal
Tidak ada eningkatan nadi dan RR
Intervensi:
a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
d. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
e. Jelaskanprosedu sebelum memulai
f. Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
g. Drong  menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
h. Observasi tanda-tanda vital
i. Kolaborasi : pemberian analgetik

C. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
Penyembuhan luka sesuai waktu
Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Intervensi:
a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
b. Monitor suhu tubuh
c. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d. Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
g. Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h. Kolaborasi emberian antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC
2. Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
3. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.  Edisi 8. Vol  3. Jakarta. EGC
4. Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Asuhan Keperawatan Luka Bakar, Combustio

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)


Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) 
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) 
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) 
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Fase Luka Bakar
A. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.

Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA

Konsep Dasar

1. Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).

Asuhan Keperawatan Appendisitis

ASUHAN KEPERAWATAN APPENDISITIS

I. PENGERTIAN
Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997)

II. ETIOLOGI
Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh:
a. Fekalis/ massa keras dari feses
b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid
c. Benda asing

III. PATOFISIOLOGI
Appendisitis yang terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam, trlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Appendiks terinflamasi berisi pus

IV. PATHWAYS

Idiopatik makan tak teratur Kerja fisik yang keras

Massa keras feses
Obstruksi lumen
Suplay aliran darah menurun 
Mukosa terkikis


Perforasi Peradangan pada appendiks                distensi abdomen
Abses
Peritonitis               Nyeri
Menekan gaster

Appendiktomy             pembatasan intake cairan       peningk prod HCL                                                                            

Insisi bedah                                                                           mual, muntah

          







V. TANDA DAN GEJALA
Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
Mual, muntah
Anoreksia, malaisse
Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
Spasme otot
Konstipasi, diare
(Brunner & Suddart, 1997)

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75%
Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada
Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir
Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah
(Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997)

VII. KOMPLIKASI
Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks
Tromboflebitis supuratif
Abses subfrenikus
Obstruksi intestinal



VIII. PENATALAKSANAAN
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan
Antibiotik  dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan
Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan
Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
(Brunner & Suddart, 1997)

IX. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/ istirahat: Malaise
2. Sirkulasi : Tachikardi
3. Eliminasi
Konstipasi pada  awitan awal
Diare (kadang-kadang)
Distensi abdomen
Nyeri tekan/lepas abdomen
Penurunan bising usus
4. Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah
5. Kenyamanan
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam
6. Keamanan : demam
7. Pernapasan
Tachipnea
Pernapasan dangkal
(Brunner & Suddart, 1997)




X. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria:
Penyembuhan luka berjalan baik
Tidak ada tanda infeksi seperti eritema, demam, drainase purulen
Tekanan darah >90/60 mmHg
Nadi < 100x/menit dengan pola dan kedalaman normal
Abdomen lunak, tidak ada distensi
Bising usus 5-34 x/menit
Intervensi:
a. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai nyeri yang menjadi hebat
b. Awasi dan catat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal
c. Kaji abdomen terhadap kekakuan dan distensi, penurunan bising usus
d. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik
e. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drain, eriitema
f. Kolaborasi: antibiotik

2. Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh onflamasi, adanya insisi bedah
Kriteria hasil:
Persepsi subyektif tentang nyeri menurun
Tampak rileks
Pasien dapat istirahat dengan cukup
Intervensi:
a. Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri
b. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
c. Dorong untuk ambulasi dini
d. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat untuk membantu melepaskan otot yang tegang
e. Hindari tekanan area popliteal
f. Berikan antiemetik, analgetik sesuai program
3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuhb.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi
Kriteria hasil;
Membran mukosa lembab
Turgor kulit baik
Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam
Tanda vital stabil
Intervensi:
a. Awasi tekanan darah dan tanda vial
b. Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill
c. Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi
d. Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus
e. Berikan perawatan mulut sering
f. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
g. Berikan cairan IV dan Elektrolit

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan  b.d kurang informasi
Kriteria:
Menyatakan pemahamannya tentang proese penyakit, pengobatan
Berpartisipasidalam program pengobatan
Intervensi
a. Kaji ulang embatasan aktivitas paska oerasi
b. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahatperiodik
c. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi
d. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase
(Doenges, 1993)


DAFTAR PUSTAKA


1. Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

2. Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

3. Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart.  Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

4. Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC

Asuhan Keperawatan Gangguan Metabolisme Sistem Muskuloskeletal

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN METABOLISME PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

1. Asuhan keperawatan pada pasien Gout/Pirai
Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari.
Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menunpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil:

Asuhan Keperawatan Hemofilia

ASUHAN KEPERAWATAN HEMOFILIA

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Hemofilia adalah kelainan koagulasi darah bawaan yang paling sering dan serius, berhubungan dengan defisiensi  faktor VII, IX atau XI. Biasanya hanya terdapat pada pada anak laki-laki, terpaut kromosom X dan bersifat resesif.
(Perkapita Selekta Jilid 2)

Hemofilia adalah kelainan perdarahan herediter terikat seksi yang dikarakteristikkan oleh defisiensi faktor pembekuan esensial.
(Barbara Engram Vol. 2)

Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah congenital karena anak kekurangan factor pembekuan VIII (hemofilia A) atau factor IX (Hemofilia B atau penyakit chritmas).
(Cacily L. Betz & Linda A. Sowden)

Hemofilia adalah kelainan pembekuan yang diturunkan, baik hemofilia A (kurang factor VIII) maupun hemofilia B sebagai penyakit Christmas (kekurangan factor IX) adalah turunan yang merupakan kelainan menerima rantai sek dan hampir terbatas pada kaum pria saja.
(Barbara E. Long Vol. 2)

2. Etiologi
Kekurangan factor koagulasi yang diturunkan wanita carries ke anak pria dalam gen X terangkai resesif.
o Penyebab Hemofilia A
Hemofilia A menyerang laki-laki. Dalam plasma orang normal terdapat factor anti hemofili / factor VIII. Bila tidak mempunyai anti hemofili → hemofili penyakit ini ada hubungannya dengan keturunan.
o Penyebab Hemofilia B
Plasmanya kekurangan thromboplastik atau kekurangan factor IX. Penyakit ini disebut penyakit Christmas.

3. Klasifikasi
a. Hemofilia A
Merupakan hemofili klasil terjadi karena defisiensi factor VIII.
b. Hemofilia B
Terjadi karena defisiensi factor IX. Faktor IX diproduksi hati dan merupakan salah satu factor pembekuan dependen vitamin K.

4. Tanda dan Gejala
Perdarahan terjadi pada periode neonatal (karena factor VIII tidak melewati plasenta)
Kelainan diketahui setelah tindakan sirkumsisi atau suntikan.
Pada usia anak-anak sering terjadi memar atau hematom.
Laserasi kecil (luka di lidah atau bibir)
Gejala khasnya : hematrosis (perdarahan sendi) yang nyeri dan menimbulkan keterbatasan gerak.
Persendian yang bengkak, nyeri atau pembengkakan pada tungkai atau lengan (terutama lutut atau siku) bila perdarahan terjadi.
Perdarahan hebat karena luka potong yang kecil.
Darah dalam urin (kadang-kadang).

5. Patofisiologi
Keadaan ini adalah penyakit congenital yang diturunka oleh gen resesif X-linked dari pihak ibu. Factor VIII dan factor IX adalah protein plasma yang merupakan komponen yang diperlukan untuk pembekuan darah. Fakto-faktor tersebut diperlukan untuk pembentukan untuk pembekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera. Hemofilia berat terjadi bila konsentrasi factor VIII dan IX plasma antara 1% dan 5% dan hemofilia ringan terjadi bila konsentrasi plasma antara 5% dan 25% dari kadar normal. Manifestasi klinisnya bergantung pada umur anak dan hebatnya defisiensi factor VIII dan IX. Hemofilia berat ditandai perdarahan kambuhan, timbul spontan atau setelah trauma yang relatif ringan. Tempat perdarahan paling umum adalah di dalam persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu dan pangkal paha. Otot yang paling sering terkena adalah heksor lengan bawah, gastroknemius dan iliopsoas.
Karena kemajuan dalam bidang pengobatan, hampir semua pasien hemofilia diperkirakan dapat hidup normal.

6. Komplikasi
a. Atropati progresif, melumpuhkan.
b. Kontraktur otot.
c. Paralisis.
d. Perdarahan intrakranial.
e. Hipertensi
f. Kerusakan ginjal.
g. Splenomegali.
h. Hepatitis.
i. HIV (karena terpajan produk darah yang terkontaminasi).
j. Antibodi terbentuk sebagai antagonis terhadap factor VIII dan IX.
k. Reaksi tranfusi alergi terhadap produk darah.
l. Anemia hematolik
m.Thrombosis atau thromboembolisme

7. Therapi
a. Pada hemofilia A pengobatab dilakukan dengan meningkatkan kadar factor anti hemofili sehingga perdarahan berhanti. Factor anti hemofili terdapat di dalam plasma orang sehat tetapi mudah rusak bila disimpan di dalam bangk darah sehingga untuk menghentikan perdarahan pada hemofili A perlu ditranfusikan plasma segar.
Penatalaksanaan secara umumperlu dihindari trauma, pada masa bayi lapisi tempat tidur dan bermain dengan busa. Awasi anak dengan ketat saat belajar berjalan. Saat anak semakin besar perkenalkan denga aktivitas fisik yang tidak beresiko trauma. Hindari obat yang mempengaruhi fungsi platelet dan dapat mencetuskan perdarahan (seperti : aspirin). Therapy pengganti dilakukan dengan memberikan kriopresipitat atau konsentrat factor VIII melalui infus.
b. Pada hemofili B perlu ditingkatkan kadar factor IX atau thromboplastin. Thromboplastin tahan disimpan dalam bank darah sehingga untuk menolong hemofilia B tidak perlu tranfusi plasma segar.
Bila ada perdarahan dalam sendi harus istirahat di tempat tidur dan dikompres dengan es. Untuk menghilangkan rasa sakit diberi aspirin (biasanya 3-5 hari perdarahan dapat dihentikan) lalu diadakan latihan gerakan sendi bila otot sendi sudah kuat dilatih berjalan.
Penatalaksanaannya sama dengan hemofilia A. Therapy pengganti dilakukan dengan memberikan Fresh Frozen Plasma (FFP) atau konsentrat factor IX. Cara lain yang dapt dipakai adalah pemberian Desmopresin (DD AVP) untuk pengobatan non tranfusi untuk pasien dengan hemofili ringan atau sedang.

8. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
a. Uji skrinning untuk koagulasi darah.
Jumlah thrombosit (normal)
Masa protrombin (normal)
Masa thromboplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan factor koagulasi intrinsic)
Masa perdarahan (normal, mengkaji pembentukan sumbatan thrombosit dalam kapiler)
Assys fungsional terhadap factor VIII dan IX (memastikan diagnosis)
Masa pembekuan thrombin
b. Biopsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi dan kultur.
c. Uji fungsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati penyakit hati. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), Serum Glutamic Oxaloacetic Tansaminase (SGOT), Fosfatase alkali, bilirubin.
d. Venogram (menunjukkan sisi actual dari thrombus)
e. Ultrasonograph Dopples / Pletismografi (menandakan aliran darah lambat melalui pembuluh darah)

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. TTV
- Nadi
- Pernafasan
b. Tampilan Umum
- Tanda-tanda gagal jantung kongesti
- Gelisah
c. Kulit
- Warna pucat, ikterus
- Petekia
- Memar / hematom
- Perdarahan dari membran mukosa / dari luar suntikan / pungsi vena.
d. Abdomen
- Pembesaran hati
- Pembesaran limpa
e. Kaji anak terhadap perilaku verbal dan non verbal yang mengindikasikan nyeri.
f. Kaji tempat tempat terkait untuk menilai luasnya perdarahan dan luasnya kerusakan sensori, saraf dan motoris.
g. Kaji kemampuan anak untuk melakukan aktivitas perawatan diri (missal : menyikat gigi).
h. Kaji tingkat perkembangan anak.
i. Kaji kesiapan anak dan keluarga untuk pemulangan dan kemampuan penatalaksanaan program pengobatan di rumah.
j. Tanyakan riwayat keluarga mengenai kelaina perdarahan.
k. Tanyakan perdarahan yang tak biasanya.
l. Pemeriksaan fisik selama periode eksaserbasi :
Pembentukan hematoma (subkutan / intramuskular)
Neuropati perifer.
Hemorragi intrakranial : sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan tingkat kesadaran, peningkatan TD, nadi lemah, ketidaksamaan pupil.
Hemrthrosis : perdarahan pada sendi
Hematuria
Epistaksis.
m. kaji kemampuan pasien dan keluarga tentang kondisi dan tindakan.
n. Kaji dampak kondisi pada gaya hidup baru.

C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan proteksi berhubungan dengan resiko perdarahan sekunder terhadap defisiensi factor pembekuan.
Tujuan / Hasil yang diperkirakan :
Pasien bebas dari perdarahan ditandai dengan TD systole ≥ 90 mmHg. RR : 12-20 x / menit, sejresi and ekskresi negatif terhadap darah.
Intervensi :
1. Pantau TTV terhadap tanda perdarahan termasuk hipotensi.
2. Pantau pasien terhadap adanya perdarahan (sendi bengkak, nyeri abdomen, hematuria, hematemesis, melena dan epitaksis)
3. Jika perdarahan terjadi elevasikan area yang sakit jika mungkin dan beri kompres dingin dan tekanan lembut pada sisi tersebut.
4. Bila diindikasikan lakukan tindakan untuk meminimalkan resiko perdarahan akibat trauma.
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan pencukur listrik dan sikat gigi berbulu halus.
6. Beri factor pembekuan sesuai program
7. Ajarkan pasien pentingnya tindak lanjut medis dan tranfusi factor reguler seumur hidup
2. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit dan kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi darah jaringan sekunder terhadap perdarahan.
Tujuan :
Kulit dan jaringan pasien tetap utuh dan tidak menunjukan memar dan bengkak.
Intervensi :
1. Inspeksi kulit pasien sedikitnya 4 jam, waspadai memar, area tertekan dan bengkak.
2. Berikan es atau tekanan di atas sisis perdarahan intradermal untuk meningkatkan vasokontriksi.
3. Tangani pasien dengan perlahan untuk meminimlkan resiko trauma jaringan.
4. Bantu pasien untuk melekukan latihan rentang gerak setiap hari untuk meningkatkan mobilitas sendi dan perfusi ke jaringan.
5. Bantu pasien ambulasi jika ditoleransi untuk meningkatkan sirkulasi ke jaringan.
3. Nyeri berhubungan dengan hematosis (sendi bengkak)
Tujuan :
Nyeri berkurang / hilang.
Intervensi :
1. Pantau pasien terhadap ketidak nyamanan sendi (skala nyeri ?)
2. Pasang bebar atau alat penyokong lain pada sendi, imobilisasikan sendi pada sedikit fleksi.
3. Elevasikan atau tempatkan bantal di bawah sendi yang sakit untuk meningkatkan kenyamanan.
4. Berikan analgesik sesuai program.
5. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. 
4. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan factor : perdarahan faktor kontrol sekunder terhadap hemofilia.
Tujuan :
Mobilitas sendi normal, tidak ada memar, tidak ada defisit neurologis permanen.
Intervensi :
1. Untuk cedera kepala :
- Pantau status neurologis terdeteksi, misalnya : sakit kepala, mual, muntah, ketidaktepatan afek, kerusakan memori, perubahan tingkat kesadaran.
- Beri factor pembekuan yang ditentukan dan elevasi keefektifannya.
- Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler atau fowler.
2. Untuk hemartrosis :
- Pantau status neurovaskuler dari ekstremitas yang sakit.
- Beri tahu dokter bila pembengkakan sendi berlanjut, atau nutrisi menetap atau kebas dan kesemutan terjadi pada saat tindakan telah dimulai selama 24 jam.
- Pertahankan tirah baring pada sendi yang sakit ditinggikan.
- Beri kompres es sesuai pesanan.
- Berikan factor pembekuan yang diresepkan dan dievaluasi keefektifannya.
- Mulai latihan rentang gerak gerak pasif bila pembengkakan telah berkurang.
- Beri alat Bantu untuk ambulasi.
- Barikan analgesik yang diresepkan untuk mengontrol nyeri sendi dan evaluasi keefektifannya.


DAFTAR PUSTAKA

- Engram Barbara  1998. ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH VOL. 2, Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
- L. Betz Ceciely, A. Sowden Linda. 2002. BUKU SAKU KEPERAWATAN PEDIATRI, Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
- KAPITA SELEKTA  Edisi 3 Jilid 2, 2000. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
- H. Winter Griffith M. D. 1994. BUKU PINTAR KESEHATAN 769 GEJALA 520 PENYAKIT 160 PENGOBATAN, Arcan.
- PENYAKIT & PENANGGULANGANNYA, PT. Gramedia. Jakarta.
- Swearing. 2000. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH EDISI 2. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


Minggu, 16 Januari 2011

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

KUMPULAN 705 ASUHAN KEPERAWATAN DAN
BONUS 303 MATERI, 78 LEAFLET + 100 EBOOK KEPERAWATAN
( JUMLAH SEMUANYA ADA 1186 FILE )
Hanya dengan Rp. 55.000,-
Anda akan mendapatkan 705 Asuhan Keperawatan dan Bonus 303 Materi Keperawatan dll,
dan semuanya sudah dalam bentuk Microsoft Word Dokumen.
Untuk download ribuan file keperawatan, silahkan klik link download dibawah ini:



DAFTAR ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
( 52 File Dokumen Microsoft Word )

1.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Abortus Imminens
2.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Abortus
3.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ante Natal
4.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bayi Baru Lahir SC
5.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bayi baru Lahir SC2
6.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bayi Neuroma Pada Fronto Orbita Sinistra
7.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bayi Premature Dg Persalinan Preterm DG Riwayat Persalinan Prolonge Labor
8.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Mamae Stadium 3
9.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Mamae
10.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Ovari
11.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Servik
12.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Servik2
13.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Vulva dan Ca Servik
14.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fibroadenoma (FAM)
15.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hiperbilirubinemia
16.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hiperemesis Gravidarum
17.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi Gravida
18.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Ovarium
19.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehamilan Ganda (Gemeli) Persalinan Normal
20.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehamilan Letak Lintang dan Sectio Caesaria
21.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehamilan Trimester 2
22.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehamilan Trimester 3
23.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
24.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketuban Pecah Dini2 (KPD)
25.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kistoma Ovarii
26.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kistoma ovarii2
27.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Lekore Kandidiasis
28.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Mioma Uteri
29.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Mual Muntah (Hiperemesis Gravidarum)
30.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Multi gravida dan Hipertensi
31.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Neonatus Hipoglikemi Simptomatis
32.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Nifas (Puerperium)
33.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Nifas dan Sectio Caesaria (SC)
34.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pada Kelahiran Dengan Vacum
35.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Persalinan Normal
36.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Persalinan Spontan (Episiotomi)
37.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Placenta Previa
38.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi SC Indikasi Kistoma Ovarii
39.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Partum (Nifas)
40.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Partum Dg Riwayat Haemoraghi Post Partum (Perdarahan)
41.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Partum Fisiologi
42.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Partum Spontan
43.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Partum
44.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post SC Letak Sungsang
45.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Seksio Caesaria Dg Eklampsi
46.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pre dan Post Seksio Caesaria (SC)
47.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pre Eklamsia
48.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pre Eklamsia2
49.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Primigravida Kehamilan Fisiologis
50.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Renpra Trimester 3
51.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Seksio Caesaria (SC)
52.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Serotinus (Kehamilan Postmatur dan KPD)

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KUMPULAN 705 ASUHAN KEPERAWATAN DAN
BONUS 303 MATERI, 78 LEAFLET + 100 EBOOK KEPERAWATAN
( JUMLAH SEMUANYA ADA 1186 FILE )
Hanya dengan Rp. 55.000,-
Anda akan mendapatkan 705 Asuhan Keperawatan dan Bonus 303 Materi Keperawatan dll,
dan semuanya sudah dalam bentuk Microsoft Word Dokumen.
Untuk download ribuan file keperawatan, silahkan klik link download dibawah ini:



DAFTAR ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ( KMB )
( 136 File Dokumen Microsoft Word )

1.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Abses
2.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Amputasi
3.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Anemia
4.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Angina Pektoris
5.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Aritmia Jantung
6.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Askariasis (Cacing)
7.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma
8.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma2
9.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma Bronchiale
10.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Atresia Ani
11.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Basalioma Nasolabial Sinistra
12.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Batu Saluran Kemih (Kalkuli)
13.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bedah Space Occupying Lesson (Tumor Otak)
14.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Benigna Prostat Hipertropi (BPH)
15.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Benigna Prostat Hipertropi2 (BPH)
16.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bladder Neoplasma
17.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CA Buli-buli
18.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CA Laring
19.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CA Mamae (Kanker Payudara)
20.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CA Rectum (Kanker Rektum)
21.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CAD Post Operasi CABG
22.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cholilithiasis (Batu Empedu)
23.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Kepala Berat dan Subarachnoid
24.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Kepala Berat dan Sub Dural Hematoma
25.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Kepala Ringan
26.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Kepala Sedang
27.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Kepala
28.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Otak Berat
29.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cirosis Hepatis
30.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Combustio (Luka Bakar)
31.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Comotio Cerebri (Gegar Otak)
32.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive Heart Disease
33.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Decompensasi Cordis
34.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dengue Haemoraghic Fever (DHF)
35.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus
36.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus2
37.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus (DM)
38.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus (NIDDM)
39.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Eksotropia
40.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Elektrikardiografi (EKG)
41.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Endokarditis
42.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Erythema Multiformis
43.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Febris Thypoid
44.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fibroadenoma Mamae (Tumor Jinak)
45.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fistel Umbilikalis
46.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Cervikalis (Cidera Tulang Belakang)
47.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Cruris
48.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Femur
49.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Humerus
50.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Os. Alviolaris Maxilla Sinistra
51.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Os. Mandibularis
52.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur
53.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Muskuluskeletal
54.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Endokrin (Morbus Basedow)
55.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gasrtoenteritis (GE)
56.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gigantisme (Tumbuh Raksasa)
57.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glomerulonefritis Akut
58.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hemangioma
59.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hemofilia
60.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hemoroid
61.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hepatitis
62.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hepatoma
63.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia
64.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia2
65.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia Nukleus Pulposus
66.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
67.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia Nukleus Pulposus2 (HNP)
68.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia Scrotalis
69.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Herpes
70.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipersensitifitas (Alergi)
71.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi
72.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV-AIDS
73.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Illeostomi
74.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infark Miokard Akut (AMI)
75.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi Pada Mata
76.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Jantung Rematik
77.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Jantung Rematik2
78.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kandidiasis
79.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Tyroid (CA Tyroid)
80.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Katarak
81.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolostomi (Colostomy)
82.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kusta
83.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Laparatomi
84.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leptospirosis
85.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Low Back Pain (Nyeri Punggung Bawah)
86.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar (Combustio GR II 45%)
87.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar
88.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Multipel Fraktur
89.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Nefrotik Syndrom (NS) dan Satpel
90.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Nyeri Dada (Chest Pain)
91.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Osteomielitis
92.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Osteoporosis
93.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Otitis Media Akut dan Kronik
94.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
95.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Parkinson
96.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Peningkatan Tekanan Inra Kranial (TIK)
97.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perdarahan Saluran Cerna
98.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Phemfigus (Kulit)
99.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Phemfigus Vulgaris (Kulit)
100.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post ORIF Femur dan Tibia
101.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post ORIF
102.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Paratyroidektomi (Hipoparatyroidisme)
103.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Presbiakusis
104.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Psoriasis (Kulit)
105.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Serebrovaskuler
106.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sindrom Cushing (Cushing Syndrome)
107.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sindrom Steven - Johnson (Steven-Johnson Syndrome)
108.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sinusitis Maksilaris
109.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sistemic Lupus Erythematosus (SLE)
110.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Skin Graft (Cangkok Kulit)
111.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Spondilitis Tuberculosa
112.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke Non Haemoraghic
113.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tetanus
114.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Thypus Abdominalis
115.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tonsilektomi
116.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tonsilitis Akut (Tonsilektomi)
117.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tonsilitis kronik
118.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen
119.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Bladder
120.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Dada
121.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Kornea (Ulkus Kornea)
122.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Mata
123.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Mekanik Mata
124.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Tembus Pada Mata
125.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Thorax
126.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tuberculosis
127.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tuberculosis2
128.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor (Neoplasma)
129.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Medula Spinalis
130.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Otak (Tumor Intrakranial)
131.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Paru (Karsinoma Bronkogenik)
132.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Urolithiasis
133.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Varicela
134.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Varicela2
135.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Varises Truncal dan Retikularis (Vena Varikosa)
136.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan VEntrikel Septum Defek (Jantung)

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

KUMPULAN 705 ASUHAN KEPERAWATAN DAN
BONUS 303 MATERI, 78 LEAFLET + 100 EBOOK KEPERAWATAN
( JUMLAH SEMUANYA ADA 1186 FILE )
Hanya dengan Rp. 55.000,-
Anda akan mendapatkan 705 Asuhan Keperawatan dan Bonus 303 Materi Keperawatan dll,
dan semuanya sudah dalam bentuk Microsoft Word Dokumen.
Untuk download ribuan file keperawatan, silahkan klik link download dibawah ini:



DAFTAR ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
( 82 File Dokumen Microsoft Word )

1.Asuhan Keperawatan Anak Akut Respiratori Distress Sindrom (ARDS)
2.Asuhan Keperawatan Anak Alergi
3.Asuhan Keperawatan Anak Apendiksitis
4.Asuhan Keperawatan Anak ARDS
5.Asuhan Keperawatan Anak Askariasis (Cacing)
6.Asuhan Keperawatan Anak Asma Bronkial
7.Asuhan Keperawatan Anak Asma Bronkial2
8.Asuhan Keperawatan Anak Atresia Esophagus
9.Asuhan Keperawatan Anak Balita Ikterus
10.Asuhan Keperawatan Anak Bronkhitis
11.Asuhan Keperawatan Anak Bronkhitis Alergika
12.Asuhan Keperawatan Anak Bronkopneumonia
13.Asuhan Keperawatan Anak Cardiovaskuler Tetralogi Fallot
14.Asuhan Keperawatan Anak Chemotherapy (Kemoterapi)
15.Asuhan Keperawatan Anak Demam Berdarah (DHF)
16.Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF 6-12 Th)
17.Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF Pra Sekolah)
18.Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF)
19.Asuhan Keperawatan Anak Dermatitis
20.Asuhan Keperawatan Anak Diabetes Mellitus
21.Asuhan Keperawatan Anak Diabetes Mellitus2
22.Asuhan Keperawatan Anak Diare
23.Asuhan Keperawatan Anak Diare2
24.Asuhan Keperawatan Anak Diare 1-3 tahun
25.Asuhan Keperawatan Anak Diare Akut Dehidrasi Sedang
26.Asuhan Keperawatan Anak Diare Akut Dehidrasi Sedang2
27.Asuhan Keperawatan Anak Diphteri (Difteri)
28.Asuhan Keperawatan Anak Down Syndrome
29.Asuhan Keperawatan Anak Ensefalitis
30.Asuhan Keperawatan Anak Epilepsi
31.Asuhan Keperawatan Anak Fraktur
32.Asuhan Keperawatan Anak Fraktur2
33.Asuhan Keperawatan Anak Gagal Ginjal Kronik
34.Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Bicara
35.Asuhan Keperawatan Anak Gastritis dan Thypoid
36.Asuhan Keperawatan Anak Hemostasis
37.Asuhan Keperawatan Anak Hernia Inguinalis
38.Asuhan Keperawatan Anak Hiperaktif (Syndroma Hiperaktifitas)
39.Asuhan Keperawatan Anak Hiperbilirubinemia (Ikterus)
40.Asuhan Keperawatan Anak Hipoglikemi Simptomatis
41.Asuhan Keperawatan Anak Hirschprung
42.Asuhan Keperawatan Anak Hospitalisasi Anak
43.Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus
44.Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus3 (ppt file)
45.Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus
46.Asuhan Keperawatan Anak Ikterus Obstruksi
47.Asuhan Keperawatan Anak Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)
48.Asuhan Keperawatan Anak Intusepsi
49.Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam
50.Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam2
51.Asuhan Keperawatan Anak Kurang Energi Protein (KEP)
52.Asuhan Keperawatan Anak Kwashiorkor
53.Asuhan Keperawatan Anak Leukimia
54.Asuhan Keperawatan Anak Leukimia2
55.Asuhan Keperawatan Anak Leukimia Akut
56.Asuhan Keperawatan Anak Limfadenitis TB
57.Asuhan Keperawatan Anak Marasmus Kwasiorkor
58.Asuhan Keperawatan Anak Marasmus Kwasiorkor2
59.Asuhan Keperawatan Anak Meconium Aspiration Syndrome Imanuddin
60.Asuhan Keperawatan Anak Meningitis
61.Asuhan Keperawatan Anak Meningoencephalitis TBC
62.Asuhan Keperawatan Anak Model Konseptual Keperawatan Anak
63.Asuhan Keperawatan Anak Morbili
64.Asuhan Keperawatan Anak Morbili2
65.Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome2
66.Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome (NS)
67.Asuhan Keperawatan Anak Pneumonia
68.Asuhan Keperawatan Anak Pneumonia2
69.Asuhan Keperawatan Anak Pola Asuh Keluarga Anak Autisme
70.Asuhan Keperawatan Anak Sianosis
71.Asuhan Keperawatan Anak Sianosis, Gagal Nafas
72.Asuhan Keperawatan Anak Spinabifida
73.Asuhan Keperawatan Anak Tetanus
74.Asuhan Keperawatan Anak Tetanus2
75.Asuhan Keperawatan Anak Thalasemia
76.Asuhan Keperawatan Anak Thalasemia Serena
77.Asuhan Keperawatan Anak Thypoid (Thypus)
78.Asuhan Keperawatan Anak Thypus Abdominalis
79.Asuhan Keperawatan Anak Tonsilofaringitis Akut
80.Asuhan Keperawatan Anak Tonsilofaringitis Akut2
81.Asuhan Keperawatan Anak Tuberculosis (TB Paru)
82.Asuhan Keperawatan Anak Tuberculosis Paru

ASUHAN KEPERAWATAN DAN MATERI JIWA

KUMPULAN 705 ASUHAN KEPERAWATAN DAN
BONUS 303 MATERI, 78 LEAFLET + 100 EBOOK KEPERAWATAN
( JUMLAH SEMUANYA ADA 1186 FILE )
Hanya dengan Rp. 55.000,-
Anda akan mendapatkan 705 Asuhan Keperawatan dan Bonus 303 Materi Keperawatan dll,
dan semuanya sudah dalam bentuk Microsoft Word Dokumen.
Untuk download ribuan file keperawatan, silahkan klik link download dibawah ini:



DAFTAR ASUHAN KEPERAWATAN DAN MATERI JIWA
( 60 File Dokumen Microsoft Word )

1.Asuhan Keperawatan Ansietas
2.Asuhan Keperawatan Curiga
3.Asuhan Keperawatan Delireum
4.Asuhan Keperawatan Halusinasi ( Menarik Diri )
5.Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Remaja
6.Asuhan Keperawatan Menarik Diri
7.Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan (PK)
8.Asuhan Keperawatan Schizofrenia Simpleks
9.Asuhan Keperawatan Schizofrenia Katatonik
10.Bunuh Diri dan Depresi
11.Defisit Perawatan Diri (Higiene)
12.Delireum
13.Gangguan Alam Perasaan (Depresi)
14.Gangguan Alam Perasaan (Mania)
15.Gangguan Hubungan Sosial
16.Gangguan Hubungan Sosial2
17.Gangguan Hubungan Sosial Menarik Diri
18.Gangguan Penggunaan Napza
19.Halusinasi (ppt file)
20.Halusinasi
21.Halusinasi2
22.Halusinasi3
23.Harga Diri Rendah
24.Hubungan Terapeutik Pasien-Perawat
25.Interaksi Sosial
26.Kegawatdaruratan Psikiatri
27.Ketidakmampuan Toileting
28.Konsep Dasar Perilaku Kekerasan
29.Manajemen Jiwa
30.Mekanisme Koping Individu
31.Menarik Diri (ppt file)
32.Menarik Diri
33.Menarik Diri2
34.Mengapa Remaja Bunuh Diri
35.Obat Anti Depresi
36.Penanggulangan Halusinasi Di Rumah
37.Perilaku Bunuh Diri
38.Perilaku Curiga
39.Perilaku Kekerasan
40.Perilaku Kekerasan2
41.Perubahan Proses Pikir (Waham)
42.Pre Planning Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
43.Psikoneuroimunologi
44.Schizofrenia Simpleks
45.Sindroma Otak Organik Karena Epilepsi
46.Skizofrenia Katatonik
47.Strategi Pelaksanaan Bunuh Diri
48.Strategi Pelaksanaan Halusinasi
49.Strategi Pelaksanaan Halusinasi2
50.Strategi Pelaksanaan Halusinasi Dengar
51.Strategi Pelaksanaan Halusinasi Penglihatan
52.Strategi Pelaksanaan Menarik Diri
53.Strategi Pelaksanaan Menarik Diri2
54.Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan
55.Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan2
56.Strategi Pelaksanaan Waham Kebesaran
57.Strategi Pelaksanaan Harga Diri Rendah
58.Terapi Keluarga Jiwa
59.Tinjauan Teori Retardasi Mental
60.Waham

Rabu, 05 Januari 2011

Asuhan Keperawatan Asma Bronchiale

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
ASMA BRONCHIALE

A. Konsep Medis
1. PENGERTIAN
Asma bronchiale adalah penyakit dari system pernafasan yang meliputi dari jalan nafas dan gejala-gejala bronkospasme yang bersifat reversible (Antony C, 1997).
Asma bronkhiale adalah mengi berulang-ulang/ batuk bersistem dalam keadaan di mana asma yang paling mungkin. (Arief Mansjoer dkk, 2000).
Asma bronkhiale adalah suatu sindrom obstruksi jalan nafas yang berulang yang ditandai kontraksi otot polos, hypereksi mucus dan inflamasi. (Buyton, 1994).

2. ETIOLOGI
a. Imunologik atau alergik atau autopik.
Dalam bentuk ekstrinsik antigen berupa suatu bahan yang dapat berbentuk:
1) Inhalen yang masuk dalam bahan dengan melalui alat pernafasan misalnya debu rumah, bahan-bahan yang terlepas (sepih kulit) dari binatang misalnya anjing, kucing, kuda dan sebagainya.
2) Ingestan yang masuk dalam tubuh melalui mulut, biasanya berupa makanan seperti susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dan lain sebagainya.
3) Kontaktan yang masuk dalam tubuh dengan jalan kontak dengan kulit seperti obat-obatan dalam bentuk salep, berbagai logam dalam bentuk perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya.
b. Non imunologik atau non alergik atau non autopik
Seringkali dicetuskan oleh infeksi pada serangan.

3. PATOFISIOLOGI
Zat oksigen masuk dalam tubuh melalui pernafasan, mulut dan kontak kulit. Dari jenis allergen yang masuk dalam tubuh, bila pada orang yang tidak atopik tidak akan menyebabkan apa-apa. Bila jenis allergen masuk dalam tubuh orang yang mempunyai factor keturunan untuk bereaksi terhadap bahan allergen akan menyebabkan alergik.
Akibat reaksi dari tubuh untuk melepaskan zat histamine menyebabkan reaksi kontraksi otot-otot polos saluran pernafasan sehingga terjadi broncospasme. Broncospasme akan timbul kerusakan dinding bronkus yang akan mengakibatkan kualitas otot polos bronkus dapat ditembus oleh cairan atau zat dalam larutan yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler yang berperan terjadinya edema mukosa.
Dari edema mukosa akan menimbulkan peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi sputum sebagai akibatnya akan terjadi penyempitan saluran pernafasan kemudian menghambat saluran pernafasan. Hambatan aliran pernafasan ini menyebabkan distribusi ventilasi yang tidak rata dengan sirkulasi darah paru sehingga mengganggu difusi gas di tingkat alveoli. Bila hal ini berlanjut akan terjadi hipoksemia. Proses tersebut pada penderita asma bronkhiale sering akan terjadi ketidakmampuan tentang penyakitnya.
Karena hambatan aliran nafas yang menyebabkan gangguan aliran udara terjadi hipoventilasi karena hipersekresi sputum yang tertahan sehingga menyebabkan jalan nafas tidak efektif di mana gejala dan tanda yang muncul pada penderita asma bronkhiale terjadi sesak nafas, bunyi nafas tidak normal (wheezing), batuk yang menerus dan semakin lama terjadinya serangan akan mengakibatkan kurangnya tenaga atau kelemahan, serta tidak nafsu makan, dalam kondisi demikian akan menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan pemenuhan istirahat tidur, intoleransi aktivitas dan mengalami penurunan perawatan diri sendiri. Dari proses seringnya kekambuhan atau serangan asma bronchial didukung ketidaktahuan tentang proses penyakitnya akan berpotensial infeksi.

4. MANIFESTASI KLINIK
Gangguan klinik: tachicardi, tachipnea, mengi, pernafasan pendek, rasa sesek di dada, serangan biasanya menghilang dalam waktu 30-60 menit, sputum dalam bentuk kental dan jumlah banyak, diaphoresis, kelelahan terjadi setelah serangan. Kontraksi yang kaku dari bronkiolus, penurunan kecepatan ekspirasi, batuk pada malam hari berlangsung 10-14 hari.




















5. PATHWAYS
Zat alergen masuk ke dalam
Tubuh melalui pernafasan mulut
Dan kontak kulit

Reaksi tubuh terhadap allergen

Tubuh tidak tahan reaksi alergik tubuh tahan/tidak alergik

Kontraksi otot polos pernafasan

Bronchospasme

Hypersekresi

Penyempitan saluran pernafasan
Hambatan aliran pernafasan
gangguan ventilasi (hipoventilasi)
Distribusi ventilasi yang tidak
Rata dengan sirkulasi paru jalan nafas tidak efektif
Gangguan difusi gas penurunan sirkulasi darah, dispnea,
Di tingkat alveoli Wheezing, kelemahan dan anoreksia
Hipoksemia perubahan intoleransi
nutrisi kurang dari aktivitas
Ketidaktahuan Kebutuhan tubuh
Tentang penyakit
Potensial infeksi deficit perawatan diri
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Gas-gas darah arteri
Pa O2 dan Pa CO2 sedikit menurun, umum terjadi di antara serangan hebat.
Pemeriksaan sinar X dada
Hiperinflamasi pada serangan
Tes kulit
Tes fungsi pulmoner
o Volume paru-paru normal atau meningkat
o Penurunan kecepatan aliran, dengan bronkodilator
Pemeriksaan SDP dan sputum
Eosinofilia darah dan sputum umum ditemukan kadar 1% E serum meningkat pada asma ekstrinsik.
Edema pulmoner
Gagal pernafasan.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi O2 dengan humidifikasi
Penatalaksanaan cairan
Jalan nafas buatan dan ventilator
Bila diperlukan:
Obat-obatan
Bronkodilator: parental, aerosol, oral
Simpatominetik
Teofilin
Steroid
Antibiotic

B. Konsep Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Proses pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah kesehatan dan keperawatan pasien. (Effendy, 1995: 10).
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah:
a. aktifitas/istirahat
gejala : keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
Tanda : keletihan, gelisah, insomnia.

b. Sirkulasi
Gejala : pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher
Sianosis: area sirkumolar dasar kuku
Pucat dapat menunjukkan anemia.
c. integritas ego
gejala : peningkatan factor risiko
perubahan pola hidup
tanda : ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d. makanan/cairan
gejala : mual/muntah
ketidakmampuan untuk makan karena distress
tanda : diaforesis
penurunan berat badan.
e. Hygiene
Gejala : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari-hari
Tanda : kebersihan buruk
f. Pernafasan
Gejala : nafas pendek
Tanda : awitan distress pernafasan tiba-tiba
o Perpanjangan ekspirasi mengi
o Perpendekan periode inspirasi
o Retraksi interkostal sternal
o Penggunaan otot-otot eksesorik pernafasan
o Sesak nafas
o Klekels
Bunyi nafas
o Mengi, penurunan nafas sampai bunyi nafas tidak terdengar.
g. Keamanan
Gejala : riwayat reaksi alergi
Kemerahan (diaforesis)
h. Seksualitas
Gejala : penurunan libido
i. interaksi social
gejala : hubungan ketergantungan
kurang sistem pendukung
penyakit lama/ketidakmampuan membaik
tanda : ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress pernafasan
keterbatasan mobilitas fisik.
j. penyuluhan/pembelajaran
gejala : penyalahgunaan obat pernafasan
kesulitan menghentikan merokok
penggunaan alcohol
kegagalan untuk membaik

2. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan I : kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan factor serangan asma menetap.
Batasan karakteristik : mengi dan dispnea yang berat, sianosis dan penggunaan obat asesori pernafasan.
Hasil pasien : mendemonstrasikan perbaikan ventilasi.
Criteria evaluasi : frekuensi nafas 12-24/menit, bunyi nafas bersih, frekuensi nadi 60-100/menit, warna kulit normal, tidak ada dispnea, GDA dalam batas normal.
NO. Intervensi Rasional
1.








2.

3.






4.


5.










6.




7.

8.





9. Pantau
- status pernafasan (apendiks A) setiap 4 jam
- hasil keadaan teofilin serum
- hasil GDA
- nadi oksimetri
- hasil sinar X dada, fungsi paru dan analisa sputum
- masukan dan haluaran
tempatkan pasien pada posisi fowler’s

mulailah pemberian terapi IV sesuai anjuran. Lakukan perawatan infus.





Berikan oksigen melalui kanul nasal 4 liter/menit selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2.
Berikan pengobatan yang telah ditentukan, seperti epinefrin, terbutelin, aminopilin, dan kortikosteroid.
Evaluasi keefektifannya, konsul dokter jika terjadi reaksi yang merugikan. Teliti kembali semua pengobatan yang telah ditentukan jika interaki antara obat merugikan. Lihat referensi farmakologi dan konsul kepada ahli farmasi.
Laksanakan pengobatan dan konsul dokter bila tanda-tanda toksisetas teofilin terjadi (mual, muntah, distensi abnormal, teofilin serum di atas rencana normal).
Gunakan spirometer intensif setiap 2 jam.
Yakinkan bahwa pengobatan paru (fisioterapi, terapi aerosol) diberikan sesuai dengan yang telah ditentukan. Tentukan pengobatan aerosol tambahan bila kegawatan nafas terjadi antara interfal yang telah ditentukan.
Konsul dokter jika gejala-gejala terjadi setelah 1 jam pemberian terapi atau bila kondisi bertambah jelek (bila tercapainya keadaan di mana PaCO2 melebihi PaO2 apnea terjadi, status mental menurun atau pasien dalam keadaan hampir kolaps akibat kelelahan yang disebabkan usaha yang sulit bernafas). Untuk mengidentifikasi indikasi kearah kemajuan atau penyimpangan dari hasil pasien.






Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru-paru lebih baik.
Untuk meningkatkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji keadaan vaskuler untuk pemberian obat-obatan darurat, kebanyakan pasien telah mengalami dehidrasi ketika mereka meminta pertolongan medis.
Pemberian O2 mengurangi beban kerja otot-otot pernafasan.

Epinefrin dan ebutalin menghentikan reaksi alergi dan adilatasi bronkiolus dengan meniadakan aktifitas histamine aminofilin melebarkan bronkiolus dengan merangsang peningkatan produksi zat kimia yang menghambat penyempitan otot bronchial. Kortikosteroid membantu mengurangi peradangan lapisan mukosa bronchial.
Dokter akan mengurangi dosis untuk memperbaiki toksisitas.



Untuk memudahkan nafas dalam dan mencegah atelektasis.
Tindakan ini mengurangi sekresi bronchial.




Hal-hal ini menunjukkan dibutuhkannya intubasi endotrakeal dan pemasangan ventilator mekanis.
Diagnosa keperawatan II : ansietas berhubungan dengan factor takut sulit bernafas disebabkan gagal nafas yang berat, kurang pengetahuan tentang rencana pengobatan dan pemeriksaan.
Batasan karakteristik : menyampaikan perasaan takut sulit bernafas, ketakutan, ekspresi wajah tegang, menyatakan kesulitan bernafas.
Hasil pasien : mendemonstrasikan ansietas berkurang.
Criteria evaluasi : ekspresi wajah tenang, pernafasan 12-24/ menit, rasa takut dan gugup berkurang.
NO. Intervensi Rasional
1.





2.

3.










Tetap berada di samping pasien atau minta seseorang untuk mendampinginya sampai gawat nafas mulai berkurang, pertahankan pendekatan yang tenang dan percaya diri.
Batasi pengunjung sampai batas nafas teratasi.
Gunakan penjelas yang mudah dan singkat bila memberikan informasi atau instruksi, contoh “duduk” nafas lambat dan dalam jelaskan dari tujuan semua pengobatan yang telah dilakukan. Berikan penjelasan pemeriksaan diagnostic
- tujuan
- gambaran singkat
- persiapan yang dibutuhkan
- perawatan sesudah pemeriksaan tersebut. Ansietas akan berkurang apabila pasien merasa ditangani oleh tim kesehatan yang kompeten.



Pengunjung dapat menjadi sumber stress.
Tingkat ansietas yang tinggi menghambat pembelajaran penjelasan tentang apa yang diharapkan membantu mengontrol ansietas.

Diagnosa keperawatan III : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan : dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual/muntah.
Kemungkinan dibuktikan : penurunan berat badan
Kehilangan massa otot, tonus otot buruk
Kelemahan
Mengeluh gangguan sensasi pengecap
Keengganan untuk makan.
Criteria hasil : menunjukkan peningkatan BB.
NO. Intervensi Rasional
1.



2.





3.


4.




5.



6.



7.


8.

kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Auskultasi bunyi usus.





Berikan perawatan oral sering, buang secret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.
Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan.



Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.


Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin
Timbang BB sesuai indikasi.

Konsul ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah cerna dan nutrisi seimbang.
Kaji pemeriksaan laboratorium, mis: albumin serum, transferin, dll. Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea.


Penurunan/inproaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, penurunan aktifitas, hipoksemia.
Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan.
Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
Suhu ekstrim dapat mencetuskan spasme batuk.
Untuk menentukan kebutuhan kalori.
Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi/ kebutuhan individu.
Mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi.


Photobucket